Berkah di Setiap Langkah: Kisah KKN UIN Gus Dur desa Linggoasri dalam Misi Wakaf untuk maslahah

 Oleh : Afif

Kajen, Pekalongan — Semangat pengabdian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) kembali diuji di lapangan. Kelompok 8 yang bertugas di wilayah Kecamatan Kajen, tepatnya di Desa Linggo Asri, melaksanakan program kerja sama antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dan Kementerian Agama dengan tema “Ekoteologi dan Pertanahan.”
Dalam kegiatan tersebut, mereka fokus membantu proses fasilitasi wakaf sosial di lingkungan masyarakat.

Perjuangan dimulai saat salah satu anggota KKN, Afif Firdaus, bersama timnya mencoba menelusuri keberadaan tanah wakaf atas nama Ibu Roliyah. Mereka terlebih dahulu mendatangi Kantor Kelurahan Balaidesa Sokoyoso untuk mencari data dan informasi. Dari pihak kelurahan, disarankan agar mereka menemui Bapak Abdul Syukur, tokoh masyarakat yang mengetahui secara rinci tentang perwakafan tersebut.

Setelah mendapatkan petunjuk, Afif dan rekan-rekannya mendatangi lokasi yang ditunjukkan oleh Bapak Abdul Syukur. Namun ternyata, lokasi tanah wakaf tersebut berada di tengah hamparan sawah dan hutan yang cukup terpencil, jauh dari pemukiman warga. Untuk menuju ke sana, mereka harus menempuh perjalanan melewati jalan rusak, hutan sunyi, dan galengan kecil di antara saluran air sawah.

“Awalnya kami masih bisa naik motor, tapi lama-lama harus turun karena jalan benar-benar tidak bisa dilewati,” cerita Afif Firdaus, mengenang perjuangan mereka. Ia menambahkan, “Kami berjalan pelan di atas galengan yang sebagian masih berupa tanah licin dan ditumbuhi rumput tinggi. Saking licinnya, kami beberapa kali hampir tergelincir.”

Meski penuh rintangan, semangat mereka tidak surut. Dengan pakaian berlumur lumpur, mereka akhirnya sampai di lokasi tanah wakaf dan berhasil melakukan pendataan serta dokumentasi. Proses ini penting untuk memastikan kejelasan data perwakafan agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan sosial masyarakat sekitar.

Bagi Afif Firdaus dan kelompoknya, pengalaman tersebut bukan sekadar kegiatan administratif, melainkan sebuah perjalanan batin tentang arti perjuangan dan pengabdian sejati. Mereka belajar bahwa membantu masyarakat bukan hanya tentang teori dan data, melainkan tentang turun langsung, menghadapi tantangan, dan merasakan sendiri denyut kehidupan di lapangan.

“Perjuangan kami mungkin seolah sederhana, tapi di sanalah kami diuji. Jalan licin, lumpur, dan medan berat itu justru mengajarkan arti ketulusan,” tutur Afif dengan mata berbinar. Ia menambahkan, “Kami bermimpi menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Sebab sebesar apa pun ilmu yang kita miliki, tak akan berarti jika tidak memberi manfaat bagi sesama.”

Semangat itulah yang menjadi napas pengabdian KKN UIN Gus Dur. Bahwa pengabdian sejati lahir dari keberanian untuk melangkah, keikhlasan untuk melayani, dan keteguhan untuk terus memberi makna di setiap langkah kecil yang dilakukan.

Kegiatan KKN bertema Ekoteologi dan Pertanahan ini menjadi refleksi nyata sinergi antara aspek teologis dan sosial. Mahasiswa diajak untuk memahami hubungan manusia, tanah, dan lingkungan dalam bingkai keimanan serta tanggung jawab sosial.

Kisah perjuangan Afif Firdaus dan tim KKN UIN Gus Dur di Desa Linggo Asri menjadi bukti bahwa pengabdian sejati sering kali menuntut langkah berani di jalan yang sulit. Namun dari perjuangan itulah tumbuh nilai-nilai keikhlasan, ketulusan, dan semangat menjaga amanah wakaf untuk kemaslahatan umat.

 






0 Response to "Berkah di Setiap Langkah: Kisah KKN UIN Gus Dur desa Linggoasri dalam Misi Wakaf untuk maslahah"

Posting Komentar